Halo! Boleh perkenalkan dirimu? Sudah berapa lama bergabung bersama Oriflame?
Halo! Nama saya Cynthia Venika Lioe. Saya Beauty Entrepreneur Oriflame. Join Oriflame dari 6 Januari 1997, 23 tahun lalu.
Boleh ceritakan sedikit tentang perjalananmu bersama Oriflame? Apa motivasimu saat pertama kali bergabung dengan Oriflame?
Pertama kali kenal Oriflame di tahun 1995. Gara-garanya, kakak saya, Niolana Venika Lioe yang biasa dipanggil Cici Lana, bawa pulang katalog Oriflame yang diberikan koleganya di kantor. Kala itu saya kagum lihat modelnya yang cantik-cantik. Saya membayangkan saya akan secantik mereka kalau pakai produknya, hehehe. Jadi, saya yang masih kuliah dan belum punya penghasilan, minta Ci Lana untuk beli dan “nebeng” pakai saat produknya datang, hahaha.
Setahun kemudian, sedang merapikan rumah, saya menemukan katalog itu lagi dan jadi pengen beli produknya. Sayangnya, teman kantor Ci Lana sudah pindah. Saya pun cari informasi kontak Oriflame dari katalog dan minta Cici untuk menelepon call center-nya. Dari sana, kami tahu bahwa jika jadi member, kita akan dapat potongan sebesar 23%. Wow! Kami juga diundang ke kantor Oriflame oleh ibu Een Sugiarsih.
Singkat cerita, Ci Lana jadi member. Saya hanya bantu berjualan produk di kampus, dengan bantuan katalog. Sukses besar, lho! Setelah 2 bulan gabung, melihat bonus Ci Lana mencapai Rp250ribu, yang untuk saat itu, tahun 1996, lumayan besar, saya jadi tergoda untuk daftar. Saya pikir, perusahaan ini keren juga! Saya ingin Oriflame mengenal nama saya dan transfer uang ke akun pribadi saya juga, hahaha.
Lalu, apa yang buat kamu makin termotivasi?
Di tahun 1999, papa saya meninggal dunia. Saya sangat terpukul karena merasa belum sempat membalas kebaikan beliau. Di sebelah peti papa, saya menangis, saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya harus buat mama bahagia di sisa hidupnya. Saya nggak mau menyesal untuk kedua kalinya.
Saya berjuang untuk membahagiakan mama, orang tua tunggal saya. Saat itu, umur papa 71 dan mama, 65. Saya pikir jika Tuhan berikan mama waktu hidup yang sama seperti papa, maka saya hanya punya 6 tahun untuk membahagiakan beliau. Ini adalah titik balik saya.
Nah, setelah penguburan dan selesai tradisi duka cita papa di Mentos Bangka, saya kembali ke Jakarta. Sampai di ibukota, saya bilang sama diri sendiri, “Saya harus sukses.” Langsung teringat dengan Oriflame dan mampir ke kantor Oriflame. Nah, kali ini, semuanya kok terasa berbeda. Yang tadinya ke kantor di Bulungan hanya ambil orderan dan langsung pulang, nggak pernah peduli dengan yang namanya training, kali ini sangat berbeda! Saya perhatikan sekeliling kantor dan orang-orang yang ada di sana. Saya jadi tahu bahwa Oriflame rutin mengadakan perjalanan ke luar negeri setiap tahun. Sedangkan saya tahu persis mama itu paling senang diajak jalan-jalan. Saya pun bertekad untuk dapatkan tiket ke luar negeri untuk mama.
Hal positif apa yang paling spesial buatmu semenjak bergabung dengan Oriflame?
Tidak ada yang mengalahkan kepuasan saat tekad saya ajak mama jalan-jalan keluar negeri berhasil. Hanya dalam waktu 1 tahun 6 bulan, saya sukses dapat tiket Conference pertama dari Oriflame. 2001 ke Hongkong. Lalu, 2002 ke Moscow, Rusia. Dan tahun ketiga, 2003, ke New Zealand. Semua berkat Oriflame.
Sayangnya, di tahun selanjutnya, 2004, conference di Jepang, mama sudah nggak bisa ikut karena sakit. Juli 2004, mama meninggal dunia. Namun, sebulan sebelum mama meninggal dunia, mama sempat sampaikan rasa bangga, puas dan syukurnya karena sudah diajak bepergian melihat dunia oleh anak-anaknya. Yang buat saya merinding, mama meninggal di umur 71, seperti papa. Jadi janji saya di samping peti papa benar-benar saya tepati!
Saya bersyukur Tuhan buka jalan, kasih saya hikmat untuk berubah, membukakan hati, demi membangun bisnis ini yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang kala itu.
Bagaimana dengan tantangan? Apa tantangan tersulit yang kamu lewati bersama Oriflame? Dan bagaimana caramu mengatasinya?
Mengubah sifat pendiam dan pesimis. Dulu, saya sangat minderan, nggak percaya diri. Sulit bersosialisasi. Karakter ini sungguh keras melekat, seperti karet yang menempel di kulit. Dengan Oriflame, saya berhasil menarik lepas “karet” ini. Saya dituntut untuk andal dalam marketing. Tidak hanya memasarkan produk namun memasarkan diri, agar orang lain tergugah untuk beli dan berbisnis dengan saya. Ini tantangan besar saya ketika memutuskan berkarier di Oriflame.
Dengan Oriflame, saya belajar untuk jadi sosok yang kreatif, berani, disiplin dan mandiri. Sebelum menjadi Leader untuk orang lain, Oriflame menuntut saya untuk jadi Leader bagi diri sendiri. Oriflame mengajarkan saya bahwa semua orang itu bisa, asal memiliki alasan besar yang ia pegang dengan sungguh-sungguh.
Apa motivasimu sebagai seorang Top 15?
Untuk saya, Oriflame seperti denyut nadi. Saya sadar, Tuhan tempatkan saya di Oriflame dan membawa saya pada hidup yang luar biasa. Melalui kisah perjalanan Cynthia anak kampung yang biasa bisa wujudkan banyak impian besarnya, maka saya harus bisa membawa dampak positif, membangun orang-orang di sekeliling saya.
Inilah misi hidup saya. Saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan berhenti. Saya akan terus menginspirasi dan membagikan peluang serta semua pengalaman saya. Saya akan terus membimbing siapa pun yang ingin alami perubahan hidup tanpa melihat latar belakang pendidikan, jenis kelamin, suku ras ataupun agama.
Tidak gampang jadi role model di panggung. Jadi kepala itu ada tantangannya sendiri. Jadi Leader saya jalankan bukan untuk ketenaran atau harta, tapi untuk bawa perubahan positif bagi orang lain. Indah rasanya saat bisa mendampingi member, dari yang tidak bisa hingga bisa, serta membantu mewujudkan impian keluarga. Bagiku, peluang yang diberikan oleh Oriflame untuk mengajak banyak orang bersama-sama menikmati hidup yang lebih berkualitas itu begitu luar biasa.
Boleh share tentang pengalaman saat jadi Leader Oriflame Indonesia pertama yang masuk ke jajaran global? Apa sih, rasanya?
Saat itu, Diamond Conference di South Africa. Tahun 2006. Thomas Ekberg menyampaikan bahwa ada surprise di Conference day. Saya penasaran, tapi beliau hanya bilang, “It’s a secret!” Ternyata, Oriflame mengumumkan Global Leadership Council pertama dan nama saya ada di nomor 7. Saat nama saya dipanggil, sekujur tubuh saya gemetar. Ini benar-benar di luar bayangan! Semenjak itu, saya banyak kenalan dengan Top Leader dari berbagai negara. Oriflame bikin hidup saya makin kaya warna!
Setelah mengalami hal tersebut, saya makin percaya bahwa “when we do our best, God will do the rest”. Saya tidak pernah membayangkan akan mendapat posisi tersebut di Oriflame. Sama seperti saat saya menjadi Diamond termuda di dunia, tahun 2001.
Apakah saya mengejar hal tersebut? Tidak. Saya hanya memikirkan cara untuk dapat tiket jalan-jalan untuk mama. Saya kerja fokus tanpa mikirin capeknya. Yang saya tahu saya harus terus merekrut dan bina tim dengan prinsip membantu orang lain sukses akan buat saya sukses juga.
Karakter apa yang menurutmu harus dimiliki oleh seorang Leader?
Jujur dan penuh integritas. Dengan jujur, kita dapat dipercaya untuk hal besar. Sedangkan integritas adalah prinsip. Saat kita berjuang untuk sesuatu dengan tujuan baik dan benar, kita harus berani untuk mempertahankan hal tersebut. Semangat saat sedang sukses itu mudah, namun tetap berkomitmen saat sedang di bawah, itu yang tidak gampang. Apalagi di Oriflame. Saat kualitas hidup berubah, “ombak”nya pun makin besar. JIka tidak punya integritas, kita akan dengan mudah terhanyut.
Tema tahun ini adalah Share Your Passion. Ingin tahu deh, bagaimana kamu menerapkan tema ini ke bisnismu?
Jujur saja, tema tahun ini buat saya ingat kembali saat pertama kali memulai bisnis. Passion saya dalam bercerita, berbagi pengalaman bersama Oriflame yang tidak pernah padam. Passion itu menular, lho. Orang lain bisa ikut merasakan dan melihat. Passion tidak bisa dibuat-buat, jadi kita harus jalankan bisnis ini dengan cinta. Dengan begitu, orang lain akan percaya dan ikut menjalankan apa yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Sebarkan passion-mu hingga orang lain juga yakin bahwa mereka bisa menjalani dan mendapatkannya juga!
Bagi tips, dong, untuk tetap bisa mempertahankan posisi di TOP 15, dengan banyaknya Leader baru yang lebih fasih dengan metode online?
Saya suka menyampaikan segala hal dengan verbal, karena saya bisa merasakan energi dan tanggapan lawan bicara saya. Jadi, rasanya sulit sekali saat pertama kali beradaptasi dengan dunia online! Misalnya, take video dan tulis caption aja saja harus berulang kali, hehehe.
Pandemi COVID-19 ini ada hikmahnya buat saya. Tidak bisa bertemu orang secara offline memaksa saya harus mengandalkan media online yang ada. Dari yang tidak terbiasa, saya harus bisa, karena “The world has changed”!
Saya pikir, “Sudahlah, tidak perlu terlalu dipusingkan. Coba saja dulu sampaikan apa yang saya rasakan. Toh niat saya tulus untuk berbagi.” Dengan pola pikir yang lebih santai ini, saya mulai bisa menulis. Kuncinya adalah harus tetap jadi diri sendiri agar orang yang baca merasakan dan memahami pesan yang saya sampaikan.
Terakhir nih, kalau diminta untuk deskripsikan Oriflame dengan 3 kata, kata apa saja yang kamu pilih?
Bagi saya, Oriflame itu anugerah, (penuh) cinta dan (untuk) semua.